From Dakwatuna.com – Saya akan memulai notes ini dengan dua firman Allah dalam Kitab-Nya;
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” [At-Tahrim: 6]
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” [Asy-Syu'ara: 214]
Ikhwah
fillah, mungkin banyak diantara kita yang punya aktivitas dakwah di
kampus berasal dari keluarga yang sudah terkondisikan dalam menjalankan
dan memahami islam dengan baik. Memiliki orangtua yang sudah mengarahkan
aktivitas anaknya sejak baru bisa berjalan agar bisa melanjutkan
perjuangan mereka, berdakwah. Tapi saya mungkin lebih banyak lagi di
antara yang punya aktivitas dakwah di kampus saat ini berasal dari
keluarga (maaf) mungkin belum terlalu baik dan komprehensif memahami islam, mungkin termasuk keluarga saya pribadi.
Ada
sebuah fenomena yang saya khawatirkan terjadi, kondisi kontradiktif
yang saya berharap itu tidak ada, baik pada diri saya pribadi atau pada
diri ikhwah fillah semua, yaitu kita gesit dalam agenda dakwah di
kampus, bersegera dalam memenuhi seruan dakwah di kampus, tapi kita
lalai akan dakwah pada keluarga (kami mohon ampun pada Mu ya Allah).
Kita begitu luar biasa dengan agenda dakwah di kampus, ikut pembinaan,
aktivitas dari kelompok mentoring ke kelompok mentoring, tapi adik kakak
kita bahkan membaca Al-Quran pun belum lancar, pun lagi diajak ikut
pembinaan keislaman yang lebih intensif. Mungkin banyak di antara kita
yang bisa tilawah setengah atau satu juz sehari, tapi mungkin jumlah
segitu terlalu besar untuk selesai dalam sebulan oleh ayah, ibu dan
adik-adik kita.
Ada juga mungkin di antara kita yang sering
mengisi acara lintas fakultas,lintas kampus,lintas provinsi, bahkan
lintas negara ,atau juga bahkan rela kurang tidur, kurang makan, tapi
kita belum pernah mendakwahi keluarga kita. Naudzubillahi min dzalik!!
Mungkin di sana ada adik dan kakak kita yang butuh bimbingan, mungkin
di sana ada ayah-ibu kita butuh dipahamkan lebih baik lagi tentang
Islam, atau ada anggota keluarga kita yang menunggu pembuktian “Nahnu Du’at Qabla Kulli Syai in” yang saban hari didengung-dengungkan.
Mungkin
ada yang merasa lebih susah mengajak keluarga daripada mendakwahi
teman-teman di kampus, apalagi dalam posisi sebagai “bawahan” dalam
struktur hirarki kekeluargaan, tapi mau tidak mau, kita tidak bisa
memilih untuk tidak berdakwah pada keluarga. Dan ternyata dakwah pada
keluarga harus kita mulai dari sekarang! Setidaknya pesan itulah yang
Allah sampaikan pada dua ayat Al-Quran di atas.
Susah?? Begitulah
memang tabiat jalan para Nabi. Justru akan menjadi pertanyaan, seberapa
optimal dakwah kita jika sejauh ini kita belum menemukan kesusahan
dalam berdakwah. Banyak rintangan dan halangan mengahadang, dengan
sebuah kemenangan besar dari Allah tentunya. Mungkin kita bisa sama-sama
memulai segera setelah antum membaca notes ini dan Alhamdulillah bagi
kawan-kawan yang sudah memulai.
Saya membuat notes ini, juga
sebagai penyemangat bagi saya pribadi untuk lebih memperhatikan lagi
dalam menjalankan dakwah pada keluarga. Karena tidak usah kita jauh-jauh
bicara tatanan masyarakat madani, masyarakat islami dan Rabbani atau
teriak hilir-mudik menegakkan kekhilafahan, jika keluarga sebagai salah
satu pilar utama dari itu semua tidak pernah kita arahkan. Keluarga
mungkin akan menjadi jalan pintas kita meraih surga Allah ketika
tanggung jawab ini kita jalankan, tapi mungkin akan jadi jalan pintas
menuju murka Allah juga ketika geliat dakwah kita tak pernah menyentuh
keluarga.
Wallahu’alam bisshawab, semoga Allah menghimpun kita kembali bersama keluarga kita di Surga-Nya. Amiin Allahumma amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar