Search

Kamis, 05 Januari 2012

Hidup ini Tidaklah Mudah

Aku teringat akan uswah dan sirah nubuwwah, betapa baginda Rasul saw. pada usia muda sudah berniaga ke negeri Syam sebagai bekal jiwa entrepreneur (bisnis). Betapa pula, abdurrahman bin Auf ra. yang semula adalah seorang konglomerat dan ketika memeluk Islam dan hijrah menjadi seorang yang miskin. Ia meminta petunjuj kepada saudaranya dari kaum Anshar,"Tunjukkan padaku di manakah pasar?" Setelah beberapa saat ia pun menjadi sorang saudagar sukses dengan harta berlimpah. Dan sebagian dari hartanya ia persembahkan untuk jihad fi sabilillah.

Suatu saat, Rasulullah saw. diiringi para sahabat lainnya, berjumpa dengan Sa'ad al-Anshari yang menunjukkan tangannya yang melepuh, kulitnya gosong ditimpa terik matahari gurun pasir. Rasulullah bertanya,"Ada apa dengan tanganmu?" Sa'ad menjawab,"Ya Rasulullah, seharian saya memecah batu menggali tanah untuk mencari nafkah membiayai keluarga." Sejenak suasana hening. para sahabat saling pandang. Rasulullah memegang tangan Sa'ad dan mencium tangan Sa'ad yang kasar, hitam, melepuh. Kemudian beliau saw. mengangkat tangan tersebut seraya bersabda,"Inilah tangan kekasih Allah, tangan yang tidak akan disentuh api neraka." Ini bukti nyata betapa Rasulullah saw. sangat menghargai orang mukmin yang bekerja, memenuhi firman-Nya,

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(at-Taubah [9]:105)

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Rasul Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Pernah kujumpai si fulan anak seorang konglomerat yang kekayaannya memenuhi perut bumi persada Indonesia. Ia pun berkisah,"Orang tuaku adalah guruku pertama. Mereka adalah tiang pancang yang membuat aku menjulang. Betapa tidak? Ketika aku berumur delapan tahun, ketika semua anak sebaya bermanja dan bermain, aku menapaki tanah-tanah becek memasuki pasar dan pertokoan untuk berbelanja sesuai dengan daftar yang dibuat ayahku. ia memberi uang 50 rupiah, sedangkan barang tertulis dalam daftar sebesar 40 rupiah."

Selesai berbelanja karena barang banyak dan berat, aku pun pulang naik becak. Dengan bangga kuserahkan laporan belanjaan sesuai daftar. Dan kukembalikan uang sisanya sebesar 5 rupiah. Kemudian ayahku berkata, "Kenapa 5 rupiah, bukankah seharusnya 10 rupiah?" Aku jawab, "Yang 5 rupiah kupakai untuk ongkos becak." Kemudian ayahku berkata, "Tidak, ongkos becak tidak tertulis dalam daftar, kamu berutang 5 rupiah kepada ayah!"

Itulah pelajaran paling berkesan dalam hidupku, langkah yang mungkin tampak biasa tetapi melahirkan pencapaina yang luar biasa!

Hatiku bergetar, betapa si fulan telah mendapatkan pelajaran paling berharga. Sejak kecil si fulan sudah mengalami dunia kerja. tanpa ia sadari, sebenarnya ia sedang dilatih untuk melihat dunia. Belajar berkomitmen mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya. Ia telah memetik buah hikmah bahwa kehidupan akan tersenyum kepada mereka yang bekerja keras, bekerja cerda penuh integritas, dan tuntas!

Hidup ini tidaklah mudah. Setiap butir nasi terhidang adalah keringat panjang yang harus dihormati dengan rasa haru menderu, bukan di hore huru-hura. Orang sukses itu adalah mereka yang berani menunda kenikmatan. Orang sukses itu tahu bahwa kemalasan dan pemborosan adalah jodoh pasangan yang paling dicintai setan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Slide Kami